Dihidupi

Saat anda dihidupi orang, masak anda tidak menghidupi orang juga?

Apa pilihan anda? menghidupi orang lain, atau hidup hanya untuk diri anda sendiri..?

Mari perkecil pembahasannya, bahasannya jadi dihidupi/menghidupi secara ekonomi. Anda dan saya, kita, cari duit, dapat duit, lalu duitnya itu bisa kita belanjakan untuk hidup, beli makan pangan, sandang, maupun papan. Untuk kita sendiri. Atau bisa juga untuk keluarga. Atau bisa juga untuk orang lainnya.

Ada orang-orang, yang menjalani pola cari duit, dapat duit, lalu hidup dari duit itu hanya untuk dirinya sendiri. Mari sebut saja kelompok sebelah kanan. Selain untuk dirinya sendiri, ada juga yang seperti ini, uang atau alat tukar yang didapatnya dibagikan dengan berkeluarga, kepada suami/istri serta anaknya. Bisa juga, duit yang dikumpulkan diakumulasikannya untuk tabungan masa depan keluarga. Bahkan ada lagi, yang diakumulasikannya, dikumpulkannya hingga sampai tujuh turunan nanti dia sediakan. Kadang jika perlu, uang harta tidak jelas juga diambilnya untuk kelompoknya sendiri. Yang bersumber dari tower komunikasi bts, penyelamatan orang hilang, sampai uang tabungan dana umroh masyarakat.

Ada lagi di sebelah kiri, berupaya untuk menghidupi tidak hanya diri dan kelompoknya sendiri, namun juga semua yang bisa dia hidupi. Uang duit yang dia kumpulkan, dapatkan, secara sadar dan sengaja dia sediakan untuk menghidupi yang lainnya. Baik dengan menyumbang, atau dengan memutar perekonomian seperti pola belanja dari tetangga. Alih alih berbelanja di pasar modern berjejaring, dia belanjakan uangnya di warung tetangga. Ada margin harga yang cukup besar dari belanja di toko seperti mir0ta, dengan warung tetangga. Namun itulah pilihan. Orang orang ini secara sadar memilih untuk berbagi dan berupaya menghidupi lingkungannya. Perihal asal muasal uangnya, sama juga dengan kelompok kanan tadi. Bisa dia dapatkan secara sah dan halal, atau dengan cara robin hood.

Tentu bahasan ini tidak bisa hanya dibicarakan kepada hal hal kecil seperti belanja di tetangga atau bagaimana cara menjalani pola hidup kikir medhit uthil saja. Ada hal besar jika kita bicara hidup secara ekonomi ini, seperti investasi bersama, gaya-gaya koperasi yang mengutamakan kesejahteraan bersama, atau bahkan negara. Namun saya, pagi ini menulis hanya ingin menuangkan isi pikiran. Bahwa hal hal kecil itu juga penting.

Jika kita spiritnya berbagi, maka itu akan menghidupkan hati. Satu orang manusia itu hal kecil, hati si manusia itu lebih kecil lagi. Yang tau hanya isi hati seseorang ya hanya orang itu sendiri. Isi hati kita hanya kita yang tahu, tidak perlu teori organisasi ataupun psikologi untuk menelisik isi hati. Di dalam hati itu tadi ada relung yang namanya qalbu. Yang mana qalbu ini lebih kecil lagi daripada hati. Namun itu yang akan membedakan manusia satu dengan lainnya.

Saya sendiri, karena ini menulis untuk diri saya sendiri (syukur-syukur jika tulisan ini bermanfaat buat orang lain) memilih untuk mengikuti isi hati sembari tetap memiliki patokan yang jelas untuk kondisi dihidupi dan menghidupi ini. Terkadang saya sadar dan merasa bahwa ada orang orang di sekitar saya yang mereka secara sengaja menghidupi saya. Saya sadari itu, makanya saya juga berupaya untuk menghidupi orang-orang lainnya juga.

Kalau saya dihidupi orang, lalu saya tidak menghidupi orang lainnya lagi, maka putaran gerigi saling menghidupi itu akan mbundet. Mandeg. Kalaupun harus mbundet, ya jangan sampai saya yang menyebabkan bundet. Saya coba pelajari, orang orang terkaya di dunia ini justru tampilannya sederhana saja, apa adanya. Tapi mereka sangat kaya raya. Hanya saja memilih untuk hidup seadanya. Mereka bisa saja tiba tiba meng-liquid-kan seluruh kekayaan mereka, jadi emas misalnya, maka mereka bisa membuat ribuan istana yang dibuat dari emas. Tapi apa manfaatnya? Kalau itu mereka kerjakan, bikin ribuan istana emas hasil mencairkan aset mereka, maka jutaan orang akan kehilangan manfaat dari aset yang mereka miliki ini. Ini artinya upaya dihidupi dan menghidupi itu tadi berhenti pada diri mereka.

Begitu saja, sekian dan terima kasih, maaf jika ada salah kata. Sudah lama saya tidak menulis, jadi sekali ini menulis. Semoga bisa produktif kedepannya.

Ditulis oleh tondy, bisa dihubungi melalui https://wa.me/6285647513961