Riset aksi adalah sebuah upaya untuk menciptakan transformasi sosial. Oiya, Kalau tulisan ini jelek sekali, tidak runtut, dan pola bahasanya kacau, maka mohon maaf. Mungkin terlalu lelah, hari minggu, seperti biasanya justru banyak aktivitas luar ruangan. Semoga penulis mendapat kesempatan untuk mengupdate tulisan ini, setidaknya merapikannya sehingga lebih enak dibaca.
Tulisan ini sekedar penanda, akan dimulainya sebuah kegiatan oleh penulis untuk mengerjakan sesuatu. Penulis sekarang sedang melakukan studi di sebuah perguruan tinggi. Tempat penulis melakukan studi ini sudah sangat baik kualitasnya, namun juga terdapat beberapa masalah yang sepertinya umum terjadi di perguruan tinggi lainnya.
Masalah tersebut berhubungan dengan mahasiswa. Aktor terbesar dalam perguruan tinggi. Masalah bagi mahasiswa di perguruan tinggi salah satunya adalah mengenai tugas akhir. Tidak sedikit mahasiswa kesulitan melakukan atau menjalani berbagai fase di tugas akhir tersebut. Tugas akhir, merupakan kewajiban yang menjadi akhir bagi seorang mahasiswa dalam kegiatan pembelajarannya di perguruan tinggi. Kebanyakan perguruan tinggi menerapkan penelitian, sebagai bentuk tugas akhir bagi mahasiswa. Hasil penelitian yang dilakukan, akan dijadikan skripsi, tesis, maupun disertasi.
Anda pasti sering mendengar jika mahasiswa stress dan kesulitan menghadapi skripsi, tesis maupun disertasi. Hal ini umum. Karena memang susah. Bahkan tidak sedikit kasus mahasiswa bunuh diri karena tidak kunjung selesai mengerjakan skripsinya. Banyak alasanya, baik karena memang penelitian yang dilakukan tidak memberikan hasil yang memuaskan si mahasiswa maupun kampus, baik karena tekanan yang diberikan oleh lingkungan pada si mahasiswa (tekanan dari dosen pembimbing ke mahasiswa misalnya), dan alasan lainnya. Pada bulan september 2021, portal ini memberitakan mahasiswa depresi karena skripsi (tugas akhir). Pada bulan juli 2020, portal ini menceritakan bahwa ramai berita mahasiswa bunuh diri karena skripsi. Bulan Februari 2022, kasus yang sama diberitakan kembali terjadi.
Masalah lain, adalah beratnya penelitian maupun fase-fase pengerjaan laporan tugas akhir tersebut. Bagaimana tugas akhir itu dikerjakan. Contoh, setelah tugas akhir dikerjakan, penelitian rampung dilakukan, maka laporan (skripsi, tesis, disertasi) akan dituliskan. Untuk penulisan ini terkadang berubah-rubah karena keadaan internal maupun eksternal mahasiswa. Tidak sedikit artikel harus dicari, buku harus dibeli, demi tugas akhir yang rapi. Setelah selesai ditulis, akan ada seminar hasil. Seminar hasil penelitian dilakukan untuk mendiseminasikan hasil penelitian kepada rekan sejawat. Setelahnya lagi, akan ada ujian atau pendadaran. Panjang prosesnya. Dan melelahkan. Yang nggak kuat? Ya itu tadi bisa kabur, menghilang, mbrambangi, bahkan bunuh diri.
Intinya, tanpa harus kebanyakan teori, tidak sedikit mahasiswa mengalami kesulitan menjalani tugas akhir. Perlu diingat, kesulitan-kesulitan yang terjadi sebenarnya merupakan kesalahan mahasiswa sendiri. Semakin tinggi tingkatan pendidikan, kemandirian belajar si mahasiswa juga dituntut semakin meningkat. Tidak ada lagi didikte oleh dosen, suruh ini dan itu. Mahasiswa semakin dilepas seiring meningginya strata pendidikan yang ditempuh. Jika mahasiswa S2, atau S3 masih berharap diberi petunjuk ini dan itu dari dosen, maka itu harapan yang salah. Jika masih berharap seperti itu, kasarnya, kembalilah ke bangku sekolah. Mahasiswa itu bangkunya kuliah.
Untuk itulah, penulis mencoba untuk membuat sebuah riset aksi, harapannya bisa partisipatif. Partisipatif dalam artian penulis terlibat dalam kehidupan aktual mahasiswa, maksudnya dalam tugas akhir mereka. Partisipatif dalam artian lainnya, mahasiswa terlibat aktif dalam kegiatan-kegiatan riset aksi ini. Yang paling penting, riset aksi ini bisa (1) selesai, (2) bermanfaat bagi orang orang. Bukankah orang paling baik adalah yang membawa kebermanfaatan bagi orang lain.
Ada motif lain dalam riset aksi ini. Penulis merasa khawatir akan karma yang akan menimpa penulis jika tidak memberi tawaran solusi pada para mahasiswa melalui riset aksi ini. Penulis sadar, bahwa penulis sering melempar kritik, menanyakan hal-hal yang susah dijawab kepada para mahasiswa yang penulis temui. Bayangkan ada 10 mahasiswa, lalu penulis memberikan pada mereka 2 pertanyaan masing-masing. Maka mungkin saja, besok penulis bisa gantian, dikritisi, mendapatkan 20 pertanyaan yang penulis susah menjawabnya. Kata orang barat, karma does exist.
Karena itulah, riset aksi ini disusun. Sebagai sarana belajar bagi semua orang. Terutama penulis sendiri.
Metodologi kegiatan akan disampaikan pada tulisan selanjutnya.