Saya sedang sibuk. Jadi maaf jika jarang menulis.
Tulisan kali ini pun, mungkin tidak sepanjang tulisan-tulisan sebelumnya.
Jika anda sedang didera masalah, anda berada pada posisi yang mana?

Kasus bar/cafe yang membuat promo menjurus penistaan agama baru-baru ini mungkin berada pada kondisi nomor 1. Awalnya dianggap menistakan agama, selanjutnya ditelisik masalah perizinannya. Memang masalah perizinan itu salah satu yang paling ribet di negeri wakanda.
Kasusnya kompleks. Izin belum lengkap sudah jalan. Belum ada izin sudah main hantam. Bisa juga izin sudah lengkap malah tidak mau jalan.
Terkadang malah tidak perlu ada izin dibuat-buat harus ada izin, sampai sampai muncul anekdot, “jika bisa dipersulit kenapa harus dipermudah.”
Saking banyaknya masalah dengan perizinan, maka diperlukan satu momentum, satu keributan, untuk membereskan semuanya.
Bar/cafe tersebut awalnya membuat skema promo yang merembet pada penistaan agama. Namun berujung pada temuan tidak lengkapnya izin pada bar/café tersebut. Harusnya sekedar toko minuman beralkohol, itu izin yang awalnya mereka miliki. Kok ini malah menjelma jadi warung makan.
Kasus sejenis juga belum lama terjadi. Minyak goreng. Harus dibuat ramai dulu baru diperbaiki. Emak-emak teriak, karena susah cari minyak. Ternyata pejabat dengan pengusaha haha-hihi. Terindikasi korupsi. Negara merugi. Pejabat diatasnya pun diganti.
Kasus sebelumnya lagi juga sama. Bantuan sosial. Negeri wakanda dilanda wabah. Rakyat merana hidupnya susah. Bantuan disalurkan agar masyarakat tabah. Ternyata ada yang mengutip untuk setiap penyaluran hibah. Akhirnya ketahuan dan masuk ke bui.
Menariknya lagi, ternyata masalah dan keributan ini bisa jadi mata pencaharian. Menciptakan masalah ada gajinya. Menyelesaikan masalah ada rupiahnya. Meniadakan keributan ada intensifnya. Membuat keributan ada honornya. Lihatlah pekerjaan para buzzer. Nge-buzz seperti sekumpulan lebah. Tambah berisik semakin asik.
Hidup semakin kompleks. Tidak ada habisnya diamati.
Saya sendiri, sebenarnya lebih senang mencarikan solusi dari setiap permasalahan. Sayangnya di negeri wakanda kebanyakan masalah harus jadi keributan dulu, baru orang-orang tergerak untuk menyelesaikan. Akhirnya ya terpaksa, main viral-viralan. Bukan bermain alat vital lho. Walaupun bermain alat vital juga bisa menyebabkan viral.
Kalau pernah ada kata mutiara, ‘ora mbrebegi tapi ngrampungi’, mungkin itu dulu. Dimana orang-orang memang linuwih. Taraf orang dulu itu sudah dilangit, jadi cukup dengan diam, masalah pun terselesaikan. Simbah cukup senyum, besok biang kerok permasalahan sudah menghilang. Ibarat ditelan bumi, hilang betulan, sampai-sampai kuburannya pun tidak ada.
Orang-orang jaman sekarang, belum-belum tarifnya sudah dilangit, kerjaan mudah dibilang sulit, setelah tugas selesai justru masalah semakin membelit.