Saya, sudah memasuki semester 4 perkuliahan pasca sarjana saya. Agak terasa berat akhir akhir ini.
Progres studi saya sudah berada pada penelitian untuk tugas akhir. Karena penelitian saya jenis kualitatif maka cenderung lebih lama dari penelitian-penelitian kuantitatif yang datanya angka seperti lainnya.
Sebenarnya proses pengambilan data di lapangan sudah saya lakukan sejak bulan februari tahun ini. Pengambilan data adalah satu kegiatan yang pasti dilakukan pada penelitian. Setelah pengambilan data, jika disetujui bisa menuliskan hasilnya. Kegiatan penelitian saya jadi semakin lambat karena saya tidak bisa fokus. Yang pertama ada kegiatan riset lain(saya nyambi jadi pembantu peneliti), yang kedua adalah usaha sendiri (saya makan dari hasil usaha), yang ketiga karena ada permasalahan keluarga. Jika saya bisa fokus, seharusnya bulan Juni-Juli semua sudah terkumpul.
Sekarang dua dari tiga alasan ini sudah ndak ada. Yang Satu sudah saya lepas (saya melowongkan diri dari mbantu riset orang lain) dan yang ketiga masalah keluarga, beliaunya yang sakit dan kemarin akhirnya berpulang ke rahmatullah..
Ternyata, untuk kuliah dengan biaya mandiri itu tidak mudah. Walaupun sebenarnya biaya kuliahnya terjangkau, namun jika harus sak deg sak nyet membayar kuliah tersebut ya susah juga. Saya harus fokus menabung kalau mau bisa bayar bayar kemewahan bisa kuliah pasca sarjana.
Selain menabung, saya juga harus potong pengeluaran.. ya konsekuensinya banyak. Jika saya menjalankan usaha saya secara mandiri tanpa dibantu orang, maka saya tidak perlu bayar orang, saya bisa memotong pengeluaran, yang pemasukannya itu bisa saya tabung buat bayar kuliah. Tapi kemungkinan besar malah saya bisa lebih nombok. Waktu saya akan termakan untuk usaha, dan kelelahan darinya juga lebih menghabiskan waktu. Jadi saya berterima kasih pada yang membantu saya di usaha saya.
Kembali pada perkuliahan, kuliah lama lama juga nggak bagus, saya merasa jadi beban buat kampus saya kalau kuliah terlalu lama. Saya sendiri juga terbebani kalau nggak segera menyelesaikan. Mau tidak mau memang kita manusia harus membuat pilihan. Menyusun rencana atas pilihan yang dibuat, lalu menekuninya, lalu memasrahkan hasilnya kepada tuhan.
Kuliah itu, akan berakhir dengan kita lulus tugas akhir dan syarat administratif lainnya, Atau, kita dikeluarkan dari kampus tempat kita belajar. Ada lagi status lainnya bagi mahasiswa yang menuntut ilmu di perguruan tinggi, status nya bertuliskan ‘hilang’, itu akan terjadi jika kita non aktif kuliah sampai 3 semester berturut-turut.
Kalau saya sampai berstatus hilang, saya harus kembali ke bangku sekolahan. karena hanya anak yang bisa hilang, orang dewasa tidak. Kan adanya ‘si anak hilang’, bukan ‘si orang tua hilang’, hehehe.
Berdasarkan kondisi saya yang serba kekurangan namun senantiasa dicukupi oleh tuhan, maka pilihannya adalah membuat progres dengan tenggat waktu. Time oriented. Pertanyaan yang pantas dimunculkan adalah, ‘anda mau kuliah sampai kapan’?
‘Progress’ berarti fokus ada capaian tiap waktunya, dan ‘tenggat waktu’ artinya jika tujuan besar tidak tercapai, ya hentikan. Begitu juga jika tujuan besar berhasil tercapai pada tenggat waktu, maka kita bisa dinyatakan sukses. Main sepak bola aja ada tenggat waktunya, masa kegiatan dan pekerjaan kita nggak.
Pilihan yang menurut saya rasional adalah hingga sebelum semester berikutnya dimulai, ya saya segera menyelesaikan tugas akhir saya. Itu rasional.
Apa ya mungkin, orang seperti saya tidak bisa menyelesaikan tugas akhir seperti ini? Yang sebenarnya tugas akhir tersebut tinggal dijalani saja, nantinya juga akan diuji dan bisa lulus. Kuncinya cukup (1) mau mengerjakan, (2) mau belajar dan mendengarkan, serta (3) fokus. Semoga dengan fokus ini jadi tidak banyak waktu terbuang, sehingga yang namanya ‘kemauan mengerjakan’ tadi benar benar terealisasikan. Saya yakin kebanyakan orang bisa menyelesaikan tugas akhir mereka. Kan lebih banyak yang selesai tugas akhirnya dibanding yang menghilang, statistik bicara demikian.
Perkara lain seperti sanggup tidaknya kita membayar kuliah tersebut misalnya, ya kita pasrahkan saja pada yang memberikan rezeki. Kenapa seperti ini? Karena sebenarnya saya sebelumnya sudah membuat rencana juga tapi buyar karena hal hal diluar rencana. Jika saya sudah mengalokasikan anggaran tersendiri untuk kuliah, ndilalah kok ada pengeluaran urgent dan penting yang nilainya lebih berat dibanding membayar kuliah, keluarga misalnya, atau kesehatan misalnya, masak kita mau memaksakan diri menahan uang untuk membayar kuliah. Dan itu terjadi pada rencana sebelumnya. Saya sudah mengalokasikan keuangan untuk kuliah sekian semester, ternyata cuman bisa dipakai mbayar sekian minus satu semester..
Belajar dari tidak tercapainya rencana sebelumnya, ya baiknya untuk perkara yang namanya uang untuk tidak dijadikan pegangan. Sebelumnya saya berpegang pada uang, ternyata tuhan berikan hal lain. Mungkin saya termasuk orang yang akan dicukupi saat ada kebutuhan. Misal tiba tiba butuh sekian juta, ndilalah kok ada rejeki senilai sekian juta, bisa dari orderan, bisa dari dermawan.. Jadi bisa buat nutup kebutuhan tersebut. Untuk yang besok ini, saya tidak ingin berandai-andai. Biarkan berjalan apa adanya.
Bisa saja dalam progress saya menyelesaikan tugas akhir tersebut ada rezeki uang yang tidak disangka sangka, jadi bisa buat bayar kebutuhan kebutuhan seperti biaya kuliah.
Kesimpulannya,
- Saya akan fokus mengerjakan tugas akhir saya satu dua bulan ini.. Bismillah semoga tidak ada perkara yang lebih darurot yang membuat saya kehilangan fokus.
- Perkara ekonomi, utamanya bagaimana menjalani hidup dan kewajiban lainnya, saya pasrahkan pada yang diatas, bukan genteng, tapi diatasnya lagi, diatasnya langit. Yang jelas, sebagai pelaku usaha yang baik, saya tidak akan menolak berbagai kesempatan ekonomi yang ada, tentu saja, selama itu tidak mengganggu fokus saya.
Ini semua darimu, kukerjakan karenamu, hasilnya nanti untukmu.