Perlukah Memperjuangkan Sesuatu?

Perlukah memperjuangkan sesuatu

Perlukah memperjuangkan sesuatu? Dalam artian mengadvokasi sesuatu, merubah suatu hal menjadi hal lainnya?

Apa urgensi suatu hal harus dirubah menjadi hal lainnya? Seberapa mendesak isu itu untuk diangkat dan menjadi perhatian bersama?

Apakah relevan suatu hal, dalam hal ini sebuah isu dengan hubungannya terhadap konteks kekinian yang ada? Seberapa berpengaruh suatu isu tersebut terhadap hal lainnya?

Mari ambil isu besar tentang kemiskinan misalnya, memperjuangkan masyarakat miskin. Mengadvokasikan hajat hidup kaum papa.

Perlukah memperjuangkan masyarakat miskin? Rakyat yang terpinggirkan? Apa alasannya?

Demi mereka yang miskin itukah? Agar orang orang miskin ini menjadi terangkat derajatnya. Memangnya mereka mau? Apakah menjadi kaya atau sejahtera merupakan tujuan hidup mereka?

Lalu apa alasannya? Demi diri sendiri, semisal sebagai tuntutan moral, atau kewajiban pekerjaan. Misal anda adalah orang dari dinas sosial. Tentu kewajiban pekerjaan anda adalah menggagas memikirkan hingga mengentaskan kemiskan dan masalah sosial.

Bagaimana memperjuangkan mereka yang miskin ini? Salah salah justru orang orang yang tadinya tidak miskin ikut-ikutan mendaftar miskin demi mendapatkan fasilitas yang di peroleh orang miskin.

Lebih parahnya lagi justru berpura-pura miskin menjadi sebuah budaya demi kemudahan-kemudahan yang sebetulnya harus diperjuangkan.

Banyak orang mendaftar kuliah (yang notabene tentu biayanya mahal) lalu berpura pura menjadi miskin demi mendapatkan Uang Kuliah yang rendah.

Atau dua hal ini merupakan keadaan yang berbeda? Dimana memang ada orang orang miskin karena termiskinkan secara keadaan. Lalu kasus lainnya lagi yang menjadikan orang orang yang memang secara pragmatis mengambil keuntungan dari status miskin tersebut.

Contoh keadaan ini adalah kasus subsidi bahan bakar. Subsidi energi dari gas melon. Menurut banyak pihak subsidi bahan bakar sering disalahgunakan. Sudah banyak datanya. Di lapangan pun amat mudah ditemukan. Rumah makan besar misalnya mereka tetap menggunakan gas melon untuk menjual kuliner kepada pembelinya. Lalu antrian BBM premium di SPBU yang ternyata mobil seperti fortuner atau pajero ikut mengantri membeli BBM jenis ini?

Pragmatisme dan mengambil keuntungan dari yang tidak seharusnya ini justru membuat mereka yang benar benar membutuhkan semakin kesulitan hidupnya.

Bagaimana memperjuangkan orang orang miskin ini? Agar tidak salah sasaran dan justru memperburuk keadaan.

Ambil contoh isu besar lainnya. Lingkungan. Perlukah memperjuangkan lingkungan?

Seberapa perlunya kita memperjuangkan lingkungan? Bukankah alam punya caranya sendiri untuk menghadapi ancaman. Saat alam rusak, mereka akan secara alamiah memperbaiki diri, dengan mengorbankan manusia itu sendiri. Yang merusak adalah manusia, jika lalu alam memperbaiki dirinya beradaptasi terhadap tingkah polah manusia, lalu apa salahnya?

Lihat Jakarta itu, ada ramalan dan perhitungan bahwa Jakarta sebentar lagi tenggelam. Tenggelam karena permukaan tanah semakin menurun dan permukaan air laut lebih tinggi dari daratan yang ada. Memang apa penyebabnya permukaan tanah disana bisa menurun jika bukan karena setiap hari dihisap oleh orang orang yang tinggal di Jakarta sendiri. Lalu air tidak bisa masuk kedalam tanah karena terus menerus dilakukan pengerasan terhadap permukaan tanah tempat manusia berpijak.

Barangsiapa menabur angin, akan menuai badai.

Membicarakan esensi dan substansi akan sesuatu memang membuat kita jadi merenung dan merefleksikan diri. Terlalu dalam menggali hal seperti ini akan membuat kita cenderung menjadi fatalis. Ujung-ujungnya kita akan bertanya, buat apa kita bekerja, toh nantinya akan mati juga. Lalu ujung dari itu lagi adalah berbicara dengan bawaan agamis, bahwa hidup harus seperti ini, lalu seperti itu.

Maka kita akan menyadari betapa membosankannya hidup ini.